Suara Merdeka – Wacana Lokal 10 November 2012
Masyarakat hampir selalu mengaitkan game dengan aktivitas ''menghabiskan'' waktu demi mendapatkan kesenangan atau semata-mata hiburan an sich melalui media audio visual. Saat ini permainan itu sudah menjadi hal yang umum bagi masyarakat yang melek komputer.
Bahkan yang meminati pun bukan hanya anak kecil dan remaja melainkan juga orang dewasa, termasuk orang tua: pria dan wanita. Kita bisa melihat dari kemerebakan tempat game online di Semarang dan sejumlah kota di Jateng.
Beberapa pihak melihat peluang internet, termasuk game, untuk kepentingan politik. Dalam Pilgub DKI Jakarta 2012, kemenangan Jokowi-Ahok juga tidak terlepas dari peran tim sukses yang menyosialisasikan visi misi dan program jago mereka melalui internet.
Termasuk membuat grup dan fanpage di Facebook, guna mendongkrak kepopuleran calon itu. Bahkan ada simpatisan membuat game aplikasi untuk mendukung Jokowi. Game yang mirip ''Angry Bird'' itu mereka namai ''Selamatkan Jakarta'', dan waktu itu bisa dimainkan secara gratis di beberapa situs internet.
Permainan tersebut menceritakan cara Jokowi mengatasi 4 problem utama yang dihadapi Provinsi DKI Jakarta, yaitu korupsi, pengusaha hitam (pengusaha curang), premanisme, dan sampah.
Permainan itu mendapat sambutan positif dari pengguna internet, terutama warga Ibu Kota, yang waktu itu berkepentingan dengan program cagub. Sejak game tersebut diunggah pada 6 Agustus 2012, menurut situs sidomi.com, permainan tersebut dimainkan lebih dari 50 ribu kali oleh pengguna Facebook hanya dalam 5 hari setelah di-up load.
Penggunaan game sebagai media kampanye membuktikan bahwa sekarang kalangan politik pun melirik era digital. Hal itu tidak terlepas dari perkembangan sebagian masyarakat yang memanfaatkan dunia maya guna mendukung aktivitas mereka.
Developer game dan penyedia jasa komunikasi kebanjiran untung dengan kemerebakan game dan social network dalam kampanye. Para pelaku politik ikut mendapatkan keuntungan dalam kemudahan menarik perhatian dan simpati dari masyarakat.
Saat ini, pelaku politik, termasuk pengurus parpol di Jateng, perlu terlibat aktif dalam jejaring sosial dan game sebagai media komunikasi. Lewat keikutsertaan itu, game dapat menjadi media untuk menuangkan ide, gagasan, atau program dengan cara kreatif. Masyarakat, terutama yang melek internet, lebih mudah memahami kebijakan atau program yang ditawarkan.
Cara berpolitik melalui game merupakan salah satu alternatif jembatan penghubung antara pemerintah (bisa partai, politikus, atau cagub/ cabup/ calwalkot) dan masyarakat/ calon pemilih/ konstituen. Pola ini sekaligus menciptakan kehidupan politik kreatif dan inovatif. Masyarakat juga dapat menyampaikan aspirasi tanpa harus berdemonstrasi, apalagi bertindak anarkis.
Pilkada Jateng
Modus kemenangan Jokowi-Ahok dalam Pilgub DKI Jakarta 2012 melalui internet sebenarnya bisa menginspirasi pesta demokrasi di Jateng. Terlebih tahun 2013 ada tiga pilkada, yang pelaksanaannya berbarengan pada 26 Mei, yakni Pilgub Jateng, serta Pilbup Kudus dan Temanggung.
Selain memanfaatkan jejaring sosial, cagub atau cabup dapat melibatkan developer game sebagai salah satu tim sukses. Mereka bisa membantu menyosialisasikan visi dan misi, serta program, minimal kepada masyarakat yang makin akrab dengan teknologi.
Cara ini mensyaratkan content permainan harus dibuat semenarik dan sekreatif mungkin agar mendapatkan perhatian maksimal dari masyarakat. Makin menarik dan makin kreatif format permainan itu, makin banyak anggota masyarakat yang bisa dijaring. Cara ini juga bisa mengurangi ''kegaduhan'' politik. Saatnya tim sukses cagub dan cabup di Jateng memanfaatkan internet untuk memopulerkan jago mereka. (10)
— Dhian Adi Putranto, mahasiswa Prodi Game Technology Unika Soegijapranata Semarang, penerima Beasiswa Unggulan BPKLN Kemendikbud
0 comments:
Post a Comment