Sunday, January 6, 2013

Dampak Psikologi Anak dalam Bermain Game

(Majalah MOP, Januari 2013)

Melinda-MOP Kegiatan bermain merupakan suatu hal yang penting bagi perkembangan pikir anak. Bermain tidak sekedar membuang waktu tetapi bermain bagi anak adalah untuk belajar. Kegiatan bermain yang dilakukan oleh anak merupakan bentuk dari rasa keingin tahuanya.
Di dalam bermain, anak menuangkan sebuah ekspresinya sesuai yang ia rasakan dan ia pikirkan. Ia juga mempraktikkan keterampilan yang ia miliki dan membentuk imajinasi yang baik.
Terkadang dalam bermain anak mengespresikan apa yang ia rasakan telah dibatasi oleh orangtuanya, seakan membuat si anak lebih kreatif di lingkungan dan sekolahnya. Dengan bermain, anak juga dapat mengembangkan kompetensi yang ia miliki.
Fungsi bermain bagi anak jika dilakukan dengan tepat dan benar, baik dilengkapi dengan alat ataupun tidak, dapat membantu perkembangan emosional pada dirinya dan sosial pada lingkup kemasyarakatan.


Pentingnya Bermain
Yang kita ketahui bersama, dunia anak adalah dunia bermain. Hampir sebagian waktunya ia habiskan untuk bermain. Filsuf Yunani, Plato, merupakan orang pertama yang menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dari bermain. Dalam bermain tingkat perkembangannya lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kegiatan yang lain.
Menurut Setiawan (2002), yang mengacu pada teori Piaget, anak usia dini dapat dikatakan sebagai usia yang belum dapat dituntut untuk berpikir secara logis, yang ditandai dengan pemikiran bahwa secara kongkrit anak belum dapat memahami atau memikirkan hal-hal yang bersifat abstrak, seperti cinta dan keadilan.
Secara realisme, kecenderungannya yang kuat untuk menanggapi segala sesuatu sebagai hal yang riil atau nyata. Sedangkan secara egosentris, anak melihat segala sesuatu hanya dari sudut pandangnya sendiri dan tidak mudah menerima penjelasan dari orang lain, kemudian kecenderungan untuk berpikir sederhana dan tidak mudah menerima sesuatu yang majemuk.
Mereka juga cenderung untuk berpikir bahwa semua obyek yang ada di lingkungannya memiliki kualitas kemanusiaan sebagaimana yang dimiliki anak (animisme), dan sentrasi atau kecenderungan untuk mengkonsentrasikan dirinya pada satu aspek dari suatu situasi sehingga anak usia dini dapat memiliki imajinasi yang sangat kaya dan sering dikatakan sebagai awal munculnya bibit kreativitas pada anak.

Lebih Mudah Belajar
Anak akan lebih mudah belajar sambil bermain, dimana kita ketahui bersama sudah banyak sekali game-game mendidik  yang dipasarkan saat ini Seperti game Huzaifah’s Alphabets, Let’s Learn ABC, Kid’s Abacus.
Ketiganya adalah beberapa judul game edukasi yang bisa di perkenalkan oleh anak di usia dini.  Cara berfikir anak cenderung lebih cepat saat di minta untuk bermain game dari pada untuk belajar dengan menggunakan buku dan pensil.
Game-game edukasi ini bisa di gunakan sebagai alternative dalam belajar si anak. Manfaatnya adalah sanggup melatih syaraf motorik si anak, melatih konsentrasi, mengenalkan konsep sebab akibat, melatih bahasa dan wawasan, serta mengenalkan warna dan bentuk pada si anak.
Dengan demikian perlahan-lahan kreativitas anak akan terbentuk dengan baik, ia akan lebih bisa mengungkapkan yang ia rasakan kepada orang lain dan berani untuk mencoba yang belum ia ketahui serta mempunyai keberanian untuk bertanya kepada orang.
Rasa aman dan bebas secara psikologis merupakan kondisi yang penting bagi tumbuhnya kreativitas. Anak-anak diterima apa adanya, dihargai keunikannya, anak akan merasa aman secara psikologis. Begitu pula anak yang diberikan kebebasan untuk mengekspresikan gagasannya. Keadaan bermain yang demikian berkaitan erat dengan upaya pengembangan kreativitas anak.
Bertumbuhnya kedewasaan si anak akan bisa membuat pola pikir anak semakin berkembang. Semakin dewasa anak akan mengenal bentuk game-game yang bukan lagi edukasi melainkan anak memilih memainkan game yang menantang seperti game online yang saat ini sedang digemari oleh para remaja.

Ekspresi dan Kreasi
Game online dimainkan dengan memanfaatkan media visual elektronik yang biasanya dalam frekuensi yang tinggi dapat menyebabkan radiasi pada mata, sehingga mata pun lelah dan biasanya diiringi dengan sakit kepala.
Game online juga dapat menghasilkan uang tambahan yaitu dengan menukarkan mata uang di game online dengan bentuk rupiah atau bisa juga dengan menjual karakter game online kepada orang lain. Bila sudah “dewa”, harganya bisa mencapai jutaan rupiah.
Secara psikologi anak, mereka bisa kecanduan dengan bermain game online jika tidak dibatasi oleh kegiatan-kegiatan yang bernilai positif. Kelihaianya dalam memainkan game akan membawa dia semakin asyik dengan dunia gamenya. Mungkin para orang tua juga bisa mengarahkan anak untuk mencoba membuat game itu sendiri.
Dengan melihat dari segi kondisi membuat game akan bisa mengembangkan daya pikir yang lebih kreatif, anak akan bisa lebih mengespresikan bentuk permainan apa yang dia inginkan. Dengan hobby yang dimiliki anak yang dulu hanya bisa memainkan game menjadi dapat membuat game.
Dengan demikian sebaiknya orang tua jangan melarang si anak untuk berhenti bermain game. Bermain game adalah hal yang menyenangkan untuk dimainkan untuk ekspresi dan kreasinya. Bermain dalam bentuk apapun, baik aktif maupun pasif, dapat menunjang kreativitas anak dalam berbagai tingkat.
Di sini peran orang tua dan guru pembimbing dapat menjadi fasilitator pengembangan kreativitas anak agar dapat bermain dengan cara dan alat yang tepat sesuai dengan bakat, minat, perkembangan, dan kebutuhan anak. (Melinda Safitri, penerima Beasiswa Unggulan Kemendikbud, mahasiswa program Game Technology Unika Soegijapranata).

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...